BERMUHAMMADIYAH DARI ORANG TUA
M. Zukirallah, tempat tanggal lahir di Hilalang – Tabing Padang 20 Mei 1962 adalah 9 orang bersaudara anak kelima. Ayah Abu Bakar adalah seorang guru, dan ibu Darwisyah tamatan Mualimin Padang Panjang. Alhamdulillah saya dilahirkan dilingkungan keluarga Muhammadiyah. Konon ceritanya kakek saya adalah seorang ulama terpandang di daerah saya. Beliau adalah pendiri sekaligus aktivis Muhammadiyah. Beliau pernah mendirikan Gedung sekolah Muhammadiayh dan sebuah Panti Asuhan yang sampai sekarang gedung tersebut masih berdiri kokoh. Cuma gedung sekolahnya yang terlihat kosong, tidak dipergunakan lagi. Kakek saya juga berteman baik dengan Buya Hamka, ketika sama-sama sekolah Parabek Padang Panjang. Kakek saya meninggal ketika saya masih kecil, sehingga belum sempat bercerita-cerita dengan beliau masalah aktiftasnnya. Jadi saya bisa bertanya dengan orang tua saya tentang beliau.
Kagum dengan Orang Muhammadiyah
Bapak saya aktif di Muhammadiyah dan ibu aktif di Aisyiyah. Waktu itu saya hanya menyaksikan, bagaimana Bapak dan ibu saya pergi mengikuti kegiatan-kegiatan dan petemuan-pertemuan Muhammadiyah. Saya masih menyaksikan bagaimana Bapak saya berpidato memberikan sambutan dalam sebuah acara Muhammadiyah. Begitu juga ibu saya aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, karena dia membina anak yatim piatu. Waktu itulah saya kagum dan tahu bahwa Muhammadiyah itu adalah tempat berkumpul orang-orang hebat. Hebat berpidato, berceramah dan lain-lain. Karena waktu itu yang saya saksikan seperti itu, karena kalau ada kegiatan-kegiatan Muhammadiyah saya sering ikut hadir diajak oleh orang tua. Dan yang menjadi pertanyaan dari saya sekarang, kenapa Bapak saya tidak pernah menjelaskan tentang Muhammadiyah secara detil kepada saya, kemudian juga tidak ada berpesan, nanti kalau sudah besar aktif di Muhammadiyah. Saya diajarkan bagaimana gerakan shalat, bacaan dan juga menjelaskan bagaimana sejarahnya qunut, tata cara khutbah dan lain-lain. Apa yang diajarkan dan yang dijelaskan itu adalah tatacara ibadah yang terdapat di Muhammadiyah. Itu baru bisa terjawab ketika saya telah berkecimpung di Muhammadiyah dan telah memahami bagaimana bacaan shalat, tata cara shalat di Muhammadiyah
Mulai Berorganisasi Muhammadiyah
Saya mulai aktif di Muhammadiyah itu setelah selesai Kuliah, dan juga setalah tinggal di Jakarta tahun 1992. Mulai mengikuti pelatihan dan kegiatan Muhammadiyah sudah sejak masuk kuliah di Universitas Bung Hatta Padang tahun 1982. Waktu libur semester, saya di pesan oleh Firman (kakak kandung) untuk berlibur ke Jakarta, seperti biasa kalau liburan sekolah saya selalu berlibur ke Jakarta. Tetapi waktu itu saya disuruh untuk mengikuti perkaderan namanya Makasa (Masa Kasih Sayang) Pelatihan yang diselenggarakan oleh IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Ciputat. Pelatihan itu adalah, pelatihan yang diselenggarakan bagi mahasiswa, yang baru bergabung dengan IMM, kebetulan saya baru masuk perguruan Tinggi di Padang. Tidak berapa lama setelah itu saya juga mengikuti KR (Kursus Reguler), masih tahun 1982, yang juga diselenggaran oleh IMM Cabang Ciputat.
Setelah mengikuti pelatihan itu kemudian saya disuruh oleh Senior IMM Ciputat untuk bergabung dengan IMM di Padang – Sumbar supaya bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan IMM. Sejak itu saya sering terlibat dalam setiap kegiatan IMM di Padang. Saya masuk menjadi salah seorang anggota Komisariat Taqwa. Inilah awal keterlibatan saya di Muhammadiyah yang dimulai sejak IMM, setelah tamat kuliah dan berangkat ke Jakarta bergabung kembali dengan orang-orang Muhammadiyah.
Ketika saya ke Jakarta tahun 1993 untuk mencari kerja, saya bergabung dengan Pemuda Muhammadiyah. Waktu itu Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Timur merekrut saya untuk menjadi Wakil Sekretaris. Sambil mencari peluang pekerjaan saya ikut terlibat dalam aktivitas Pimpinan Daerah. Pemuda Muhammadiyah Jakarta Timur. Waktu Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Pakan Baru saya ikut sebagai Peserta peride 1995/2000 yang waktu itu terpilih Imam Addarudgudni menjadi ketua.
Seiring dengan itu, saya juga sering di bawa kakak saya ke PP. Pemuda Muhammadiyah Jl. Menteng Raya 62. Hampir 8 bulan saya mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian dan menjadi panitia terutama yang diselengarakan oleh Pemuda Muhammadiyah. Waktu itu yang menjadi ketua PP. Pemuda Muhammadiyah Dr. M. Din Syamsuddin. Waktu akan diselenggarakan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Bandung saya dilibatkan untuk menjadi panitia. Saya di kontrak oleh PP. Pemuda Muhammadiyah selama 4 bulan dalam mempersiapkan administrasi menjelang Muktamar. Di sinilah saya kenal dengan orang-orang Muhammadiyah termasuk Lukman Harun (alm), Buya Syafi’i Ma’arif, M. Din Syamsuddin, Anhar Burhanudin, Good Will, Aziumardi Azra, Anwar Abbas, Qomari Anwar, Ali Taher Parasong, Hajriyanto Y. Tohari, Patrialis Akbar dan lain-lain. Dari sini pulalah ceritanya saya menjadi karyawan RS. Islam Jakarta Pondok Kopi. Waktu itu Rumah Sakit Islam menerima karyawan baru. Ketika itu diberi informasi oleh Ali Taher Parasong yang ketika itu salah seorang Direktur di RS. Islam Jakarta. Akhirnya saya membuat lamaran dan ikut test dan alhamdulillah diterima dan jadilah saya seorang karyawan RS. Islam Jakarta Timur.
Berkenalan Dengan Tokoh Muhammadiyah:
Berkenalan dengan tokoh Muhammadiyah memang suatu kesan dan kenangan tersendiri, apalagi sempat dekat dan saling mengenal. Salah satu tokoh yang sempat dekat dan berkenalan dengan saya adalah Lukman Harun (almarhum), tokoh Muhammadiyah yang terkenal dengan raja lobi yang tidak pernah kalah. Sebelumnya saya sudah sering mendengar dan melihat Lukman Harun, tapi kedekatan saya itu ketika penyusunan buku Sejarah Panjang Pemuda Muhammadiyah dan menyusun buku Biografi beliau, kalau tidak salah, 60 tahun Lukman Harun (saying tidak sempat terbit). Keakraban itu juga dimulai ketika kami bersama Mas Hajrianto ke rumah beliau (Lukman) untuk wawancara dalam penyusunan Buku Sejarah Panjang Pemuda Muhammadiyah. Saya sebagai pewawancara sudah ada panduan, ketika dalam wawancara penjelasan Lukman saya anggap sudah jauh melenceng, kemudian saya meluruskan sesuai panduan yang ada, tapi Lukman marah besar, dia tidak suka pembicaraan dipotong, sampai ngomong macam-macam, waktu itu saya kaget dan setengah takut dan cemas. Waktu itu wawancara hampir saja putus, tapi ternyata emosi Lukman cepat reda dan kembali menjelaskan sesuai apa yang ditanya. “Tau apa kau!” kalimat ledekan Lukman. Akhir wawancara Lukman kembali menjelaskan kenapa dia tadi emosi, dengan nada rendah dan baik-baik. Sejak itu saya selalu dan sering berhubungan dengan Lukman.
Ketika ada tamu dari Timur Tengah (ketika perang di Bosnia), saya diajak untuk ikut masuk ruangan khusus pertemuan tersebut. Hasil pertemuan itu saya liput, dan diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. Di sini Lukman mengacungkan jempol pada saya. Kata Lukman,” Sudah bertahun-tahun tulisan saya tidak pernah diangkat oleh Suara Muhammadiyah, (beliau mengatakan sejak terjadinya masalah kubu Yogya dan kubu Jakarta), sejak peristiwa itu baru kali ini berita saya diangkat lagi. Karena saya tidak begitu mengerti dengan persoalan sebelumnya, maka saya jadi kaget juga, dan sekaligus merasa bangga. Kemudian saya sering mengikuti diskusi-diskusi khusus di rumah Bapak Lukman. Bahkan beliau pernah juga mengajak saya menemui Probosutedjo ke kantornya, yang kebetulan kantornya di depan kantor Muhammadiyah Menteng Raya 62.
Tokoh –tokoh lain yang sempat punya kenangan dengan saya adalah Din Syamsudin yang waktu itu ketua PP. Pemuda Muhammadiyah dan saya waktu itu dkontrak sebagai tenaga administrasi untuk membantu persiapan Muktamar di Bandung. Yang saya terkesan dengan Din adalah kehebatannya dalam mengonsep dan mengedit surat. Din itu sangat jarang ke kantor PP Pemuda, tapi apa yang dikerjakan di PP. Pemuda itu adalah konsep-konsep beliau semua. Jadi kalau dia menyuruh membuat surat kepada saya sering lewat telepon saja. Jadi saya langsung membuka komputer dan beliau langsung membacakan. Dan suatu kebanggan yang saya miliki dari Din adalah saya mendapat izin meniru tanda tangan beliau, memang diantara teman-teman yang sangat mendekati mirip dengan tanda tangan beliau kebutulan saya. Jadi kalau ada surat-surat yang akan ditandatangani oleh Din, diserahkan kepada saya. Kekaguman yang lain adalah dalam mengedit surat. Jadi kalau surat-surat yang saya konsep di edit oleh Din saya seperti menemukan yang saya maksud, artinya editan Din tersebut sama dengan yang ada dikepala saya, Cuma saya tidak bisa mencurahkannya lewat tulisan.
Patrialis Akbar, anggota DPR-RI dari partai PAN, adalah orang yang banyak membantu saya dalam bidang ekonomi. Ketika saya direkrut menjadi tenaga eksekutif selama persiapan Muktamar PP. Pemuda Muhammadiyah beliaulah yang menggaji saya
Selama 4 bulan. Sebelumnya saya juga penah membantu beliau di rumahnya selama sebulan untuk menyusun buku tentang hukum, kebutulan beliau juga dosen hukum. Waktu saya kenal, beliau masih aktif sebagai seorang pengacara dan sangat sukses sekali. Kemudian saya juga sering pulang naik mobil beliau kalau pulang dari Gedung PP. Muhammadiyah. Beliau sangat baik dan sangat perhatian kepada teman-teman. Kalau say ketemu beliau yang ditanya duluan adalah makan, sudah makan belum. Saya sering diajak makan, mungkin karena sama-sama orang Padang, memang masalah makan merupakan suatu hubungan persahabatan yang sulit untuk dilupakan dan itu merupakan tingkat hubungan yang sudah tinggi. Kebetulan lagi selera kami agak mirip hibi “kalio jengkol.”. Pernah ketika Muktamar di Bandung, memang makanan di acara sudah tidak enak lagi, ketika saya ketemu beliau, langsung mengajak saya cari makanan, mengitari kota Bandung hanya untuk mencari “kalio jengkol.” Begitu juga kalau saya di rumah beliau akrab dengan keluarganya, makan minum di rumah beliau. Yang menarik adalah ongkos pulang, kalau saya pulang yang ditanya adalah ongkos, sambil memberi ongkos pulang dan uang yang diberikan itu bisa ongkos unuk seminggu. Kadang-kadang saya menolak, karena malu, rasanya ongkos kemaren masih ada tapi sudah diberi lagi. Tapi kalau saya menolak, di mengatakan, “Mad, ini rezeki, jangan ditolak.” Jadi kalau saya ketemu beliau, seolah-olah penderitaan berakhir. Dan dia memang tidak suka melihat orang menderita dan cepat tersentuh. Itulah yang saya rasakan dari beliau, dan sampai sekarang apa yang dilakukannya saya masih terus ingat.
Tokoh-tokoh lain saya kenal adalah di dalam pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan pengajian, baik yang diselenggarakan di Menteng 62 atau di daerah. Tapi kenangan pahit yang pernah saya rasakan adalah ketika mengundang Amien Rais sebagai Keynot Speaker dalam acara Pemuda Muhammadiyah dalam rangka menyongsong Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Pakanbaru – Riau. Waktu saya langsung yang berbicara kepada Amien, meminta beliau untuk berbicara didepan Pemuda Muhammadiyah se-DKI. Karena koordinasi kurang bagus, sampai pada waktu yang telah ditetapkan peserta tidak memenuhi korum, sampai Amien Rais datang peserta juga belum kunjung datang. Rasanya saya tidak sanggup berbicara dengan Amien Rais, apa kesan dari Amien nantinya, untung waktu itu ada Patrialis Akbar dengan didampingi Patrialis saya sampaikan ucapan maaf pada Amien, padahal waktu itu nama Amien mulai naik sebagai tokoh Reformasi. Jawaban Amien waktu itu yang membuat lebih segan lagi, sambil mengangkat tangan kepada saya dan berbicara: “Mas, saya sudah datang, karena tidak ada peserta, jadi saya pulang dulu,” Saya tidak tahu harus menjawab apa waktu itu, tapi saya sempat bersalaman dan menjelaskan apa adanya, Amien kemudian menjawab: “Tidak apa-apa sambil menepuk-nepuk pundak saya”, tepukan inilah yang menetrampan perasaan saya yang tidak menentu, tapi sorotan dan komentar teman-teman tentu bermacam-macam, mulai dari yang berkmentar manis sampai kepada yang sangat pahit dan menyakitkan. Kegiatan waktu itu dilakanakan di komplek Perguruan Muhammadiyah Rawamangun. Itulah kegiatan yan pernah saya laksanakan yang sangat fatal dan pahit. Dari pengalaman ini diambil juga sebagai pelajaran, ketika mengadakan pengajian yang menghadirkan tokokh-tookh penting, sebelumnya sudah dipersiapakn para siswa. Ketika acara dimulai perserta belum ada, lalu didrop saja beberapa klas para siswa untuk masuk ruangan sehingga ruangan tidak terlihat kosong. Apalagi yang akan hadir adalah setaraf Amien Rais, harus dipersiapakan dengan matang.
Masuk Menjadi Pimpinan Muhammadiyah Duren Sawit
Sebelum saya masuk di jajaran Pimpinan Cabang Muhammadiyah D. Sawit saya sudah sering mendengar informasi dan kondisinya, karena saya mengenal beberapa pimpinannya. Dari teman-teman inilah saya banyak mendengar informasi siapa-siapa pimpinannya yang lain. karena waktu itu saya memang bertempat tinggal di daerah D. Sawit jadi tidak begitu sulit untuk bergabung, apalagi saya juga sudah bergabung dengan Ranting 1 (Nusa Indah), beberapa kali mengikuti pengajian saya juga sudah menganal orang-orang Muhammadiyah Ranting 1.
Menjadi Sekretaris PCM Muhammadiyah Duren Sawit:
Ketika Musycab PCM Duren Sawit untuk periode 2000/2005, saya dicalonkan oleh Ranting 1. Ketika pemilihan Alhamdulillah saya masuk dalam pengurus 13, dan ketika penyusunan struktur, saya ditunjuk sebagai Sekretaris. Banyak hal-hal yang perlu ibenahi untuk memajukan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Duren Sawit ke depan. Sebagai sekretaris saya menata dulu jadwal rapat dan materi rapat. Hal-hal yang sangat mendasar yang saya benahi adalah menyepakati jadwal rapat dan alhamdulillah waktu itu disepakati jadwal rapat sekali dalam seminggu, dan memang dalam periode itu tingkat kehadiran Pimpinan sangat tinggi, sampai mencapai 90% masing-masing pimpinan. Dan ini merupakan hasil yang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal lain yang juga manfaatnya sangat dirasakan adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah menerapkan sistem pengelolaan keuangan satu pintu, artinya semua sumber keuangan harus dilaporkan langsung ke Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah, dan pengeluaran keuangan harus berdasarkan anggaran. Dengan menggunakan system ini alhamdulillah arus lalulintas keuangan berjalan dengan baik.
Banyak lagi hal-hal lain yang dapat disepakati. Inilah yang menjadi berkah, karena selama ini banyak program-program yang tidak jalan, sehingga ada suatu kerinduan bagi pimpinan bagaimana mengelola Muhammadiyah Cabang Duren Sawit untuk lebih baik. Dengan semangat ingin maju, ingin berubah dan kekompakan pimpinan 13 Pimpinan Cabang Muhammadiyah Duren Sawit sampai sekarang alhamdulillah masih konsekwen dengan kesepakatan-kesepkatan tersebut sehingga masing-masing pimpinna itu sudah bisa berbuat sesuai dengan jabatannya, begitu juga Bendahara yang sangat ketat sehingga bisa mengelola keuangan dengan baik dan transparan. Siapapun bisa melihat,mengetahui bagaimana kondisi keuangan PCM. Kita juga membuat peraturan pengeluaran uang diluar anggaran di atas Rp 500.000, harus diputuskan di pleno, tapi di bawah Rp 500.000,- kebijakan keuangan, yang diketahui oleh salah seoarang ketua atau wakil ketua. Begitu juga pengambilan uang di Bank penandatanganan Cek harus dua diatara tiga, yaitu ketua, sekretaris dan bendahara.
Perubahan-perubahan:
Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, semangat, keinginan dan kebersamaan yang tinggi dari Pengurus yang tiga belas orang, sehingga banyaklah perubahan-perubahan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah rapat-rapat, Alhamdulillah rapat diselenggarakan sekali seminggu dengan tingkat kehadiran pimpinan sangat tinggi, sehingga tidak ada lagi persoalan-persoalan yang terlewatkan begitu saja. Begitu juga pleno tergantung dari persoalan-persoalan yang perlu dibuatkan kebijakannya. Kalau ada persoalan-persoalan yang sangat mendesak kita dengan cepat melalui telepon langsung dapat berkumpul. Pembuatan anggaran pertahun (APBM). Jadi mulai dari anggaran Pimpinan Cabang, Majelis, sampai kepada setiap amal usaha mengusulkan anggaran, kemudian akan diproses dan diputuskan dalam rapat pleno. Begitu juga alur pemasukkan keuangan selalu dibenahi dan selalu ada peningkatan kepada arah perbaikkan.
Jadi kalau diperhatikan PCM sekarang sangat berperan sesuai dengan fungsinya, memang mungkin karena situasi dan kondisi ada bagian-bagian atau job yang kita konsentrasikan dulu di Cabang, kerena ada troma-troma masa lalu. Jadi sambil pembenahan, dan sekarang beberapa jenis keuangan sudah dikelola oleh Majelis dan sekolah, tapi tetap koordinasi dan laporan ke Pimpinan Cabang.
Jabatan-Jabatan Pernah Diduduki:
Seperti yang disebutkan di atas ketika tahun 1993 ke Jakarta dipercayakan oleh Rapat Pleno PD. Pemuda Muhammadiyah Jakarta Timur untuk menjadi Wakil Sekretaris Periode 1990/1995, dan menjadi Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM. Jakarta Timur. Pada periode 1995/2000 Anggota Majelis Seni dan Budaya PP. Pemuda Muhammadiyah, dan wakil Sekretaris PW. Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta. Pada periode yang sama juga menjadi Sekretaris Majelis Kesehatan PDM. Jakarta Timur. Periode 2000/2005 sebagai Sekretaris PCM. Duren Sawit – Jakarta Timur dan juga menjadi Ketua Majelis Kesehatan PDM. Jakarta Timur; Wakil Sekretaris Majelis Pendidikan Kader PWM. DKI- Jakarta. Pada periode 2005-2010 tetap dipercayai menjadi Sekretaris PCM Duren Sawit, dan menjadi Ketua Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial PDM Jakarta Timur.
Kegiatan- Kegiatan Yang Pernah Diikuti:
Kegiatan Muhammadiyah yang berskala Nasional yang pernah diikuti pertama adalah menjadi panitia penyelenggara Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Bandung tahun 1995/2000. Menjadi peserta Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Pakanbaru – Riau tahun 1995. Undangan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Surabaya periode 2000/2005. Menjadi panitia penyelenggara Muktamar ke - 44 Muhammadiyah di Jakarta periode 2000/2005. Peninjau Tanwir Muhammadiyah di Mataram 2004. Menjadi Peserta Muktamar Muhammadiyah ke – 45 di Malang. Menjadi peserta Rakernas MKKM (Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat) di Yogyakarta tahun 2000. dan Rakernas MPKSDI (Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani) di Solo. Menjadi panitia penyelenggara Pendidikan Khusus Kepala-Kepala Sekolah yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP. Muhammadiyah dalam setiap angkatan (periode 1995-2000 dan 2000-2005).
Perkaderan Yang pernah diikuti:
Tahun 1982 pertama masuk ke Organisasi Muhammadiyah mengikuti pelatihan Masa Kasih Sayang (Makasa) di Ciputat, dan tahun 1984 mengikuti kursus Kursus Reguler (KR) di Kampung Sawah Bogor. Tahun 1995 mengikuti Pelatihan Pelatih Pemuda Muhammadiyah di Surabaya. Baitul Arqam yang diselenggarakan oleh PDM Jakarta Timur periode 2000/2005 dan Baitul Arqam yang diselenggarakan oleh RS. Islam Jakarta Pondok Kopi. Kemudian juga perkaderan-perkaderan yang diselenggarakan oleh PWM DKI – Jakarta.
Kagum dengan Orang Muhammadiyah
Bapak saya aktif di Muhammadiyah dan ibu aktif di Aisyiyah. Waktu itu saya hanya menyaksikan, bagaimana Bapak dan ibu saya pergi mengikuti kegiatan-kegiatan dan petemuan-pertemuan Muhammadiyah. Saya masih menyaksikan bagaimana Bapak saya berpidato memberikan sambutan dalam sebuah acara Muhammadiyah. Begitu juga ibu saya aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, karena dia membina anak yatim piatu. Waktu itulah saya kagum dan tahu bahwa Muhammadiyah itu adalah tempat berkumpul orang-orang hebat. Hebat berpidato, berceramah dan lain-lain. Karena waktu itu yang saya saksikan seperti itu, karena kalau ada kegiatan-kegiatan Muhammadiyah saya sering ikut hadir diajak oleh orang tua. Dan yang menjadi pertanyaan dari saya sekarang, kenapa Bapak saya tidak pernah menjelaskan tentang Muhammadiyah secara detil kepada saya, kemudian juga tidak ada berpesan, nanti kalau sudah besar aktif di Muhammadiyah. Saya diajarkan bagaimana gerakan shalat, bacaan dan juga menjelaskan bagaimana sejarahnya qunut, tata cara khutbah dan lain-lain. Apa yang diajarkan dan yang dijelaskan itu adalah tatacara ibadah yang terdapat di Muhammadiyah. Itu baru bisa terjawab ketika saya telah berkecimpung di Muhammadiyah dan telah memahami bagaimana bacaan shalat, tata cara shalat di Muhammadiyah
Mulai Berorganisasi Muhammadiyah
Saya mulai aktif di Muhammadiyah itu setelah selesai Kuliah, dan juga setalah tinggal di Jakarta tahun 1992. Mulai mengikuti pelatihan dan kegiatan Muhammadiyah sudah sejak masuk kuliah di Universitas Bung Hatta Padang tahun 1982. Waktu libur semester, saya di pesan oleh Firman (kakak kandung) untuk berlibur ke Jakarta, seperti biasa kalau liburan sekolah saya selalu berlibur ke Jakarta. Tetapi waktu itu saya disuruh untuk mengikuti perkaderan namanya Makasa (Masa Kasih Sayang) Pelatihan yang diselenggarakan oleh IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Ciputat. Pelatihan itu adalah, pelatihan yang diselenggarakan bagi mahasiswa, yang baru bergabung dengan IMM, kebetulan saya baru masuk perguruan Tinggi di Padang. Tidak berapa lama setelah itu saya juga mengikuti KR (Kursus Reguler), masih tahun 1982, yang juga diselenggaran oleh IMM Cabang Ciputat.
Setelah mengikuti pelatihan itu kemudian saya disuruh oleh Senior IMM Ciputat untuk bergabung dengan IMM di Padang – Sumbar supaya bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan IMM. Sejak itu saya sering terlibat dalam setiap kegiatan IMM di Padang. Saya masuk menjadi salah seorang anggota Komisariat Taqwa. Inilah awal keterlibatan saya di Muhammadiyah yang dimulai sejak IMM, setelah tamat kuliah dan berangkat ke Jakarta bergabung kembali dengan orang-orang Muhammadiyah.
Ketika saya ke Jakarta tahun 1993 untuk mencari kerja, saya bergabung dengan Pemuda Muhammadiyah. Waktu itu Pemuda Muhammadiyah Daerah Jakarta Timur merekrut saya untuk menjadi Wakil Sekretaris. Sambil mencari peluang pekerjaan saya ikut terlibat dalam aktivitas Pimpinan Daerah. Pemuda Muhammadiyah Jakarta Timur. Waktu Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Pakan Baru saya ikut sebagai Peserta peride 1995/2000 yang waktu itu terpilih Imam Addarudgudni menjadi ketua.
Seiring dengan itu, saya juga sering di bawa kakak saya ke PP. Pemuda Muhammadiyah Jl. Menteng Raya 62. Hampir 8 bulan saya mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian dan menjadi panitia terutama yang diselengarakan oleh Pemuda Muhammadiyah. Waktu itu yang menjadi ketua PP. Pemuda Muhammadiyah Dr. M. Din Syamsuddin. Waktu akan diselenggarakan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Bandung saya dilibatkan untuk menjadi panitia. Saya di kontrak oleh PP. Pemuda Muhammadiyah selama 4 bulan dalam mempersiapkan administrasi menjelang Muktamar. Di sinilah saya kenal dengan orang-orang Muhammadiyah termasuk Lukman Harun (alm), Buya Syafi’i Ma’arif, M. Din Syamsuddin, Anhar Burhanudin, Good Will, Aziumardi Azra, Anwar Abbas, Qomari Anwar, Ali Taher Parasong, Hajriyanto Y. Tohari, Patrialis Akbar dan lain-lain. Dari sini pulalah ceritanya saya menjadi karyawan RS. Islam Jakarta Pondok Kopi. Waktu itu Rumah Sakit Islam menerima karyawan baru. Ketika itu diberi informasi oleh Ali Taher Parasong yang ketika itu salah seorang Direktur di RS. Islam Jakarta. Akhirnya saya membuat lamaran dan ikut test dan alhamdulillah diterima dan jadilah saya seorang karyawan RS. Islam Jakarta Timur.
Berkenalan Dengan Tokoh Muhammadiyah:
Berkenalan dengan tokoh Muhammadiyah memang suatu kesan dan kenangan tersendiri, apalagi sempat dekat dan saling mengenal. Salah satu tokoh yang sempat dekat dan berkenalan dengan saya adalah Lukman Harun (almarhum), tokoh Muhammadiyah yang terkenal dengan raja lobi yang tidak pernah kalah. Sebelumnya saya sudah sering mendengar dan melihat Lukman Harun, tapi kedekatan saya itu ketika penyusunan buku Sejarah Panjang Pemuda Muhammadiyah dan menyusun buku Biografi beliau, kalau tidak salah, 60 tahun Lukman Harun (saying tidak sempat terbit). Keakraban itu juga dimulai ketika kami bersama Mas Hajrianto ke rumah beliau (Lukman) untuk wawancara dalam penyusunan Buku Sejarah Panjang Pemuda Muhammadiyah. Saya sebagai pewawancara sudah ada panduan, ketika dalam wawancara penjelasan Lukman saya anggap sudah jauh melenceng, kemudian saya meluruskan sesuai panduan yang ada, tapi Lukman marah besar, dia tidak suka pembicaraan dipotong, sampai ngomong macam-macam, waktu itu saya kaget dan setengah takut dan cemas. Waktu itu wawancara hampir saja putus, tapi ternyata emosi Lukman cepat reda dan kembali menjelaskan sesuai apa yang ditanya. “Tau apa kau!” kalimat ledekan Lukman. Akhir wawancara Lukman kembali menjelaskan kenapa dia tadi emosi, dengan nada rendah dan baik-baik. Sejak itu saya selalu dan sering berhubungan dengan Lukman.
Ketika ada tamu dari Timur Tengah (ketika perang di Bosnia), saya diajak untuk ikut masuk ruangan khusus pertemuan tersebut. Hasil pertemuan itu saya liput, dan diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. Di sini Lukman mengacungkan jempol pada saya. Kata Lukman,” Sudah bertahun-tahun tulisan saya tidak pernah diangkat oleh Suara Muhammadiyah, (beliau mengatakan sejak terjadinya masalah kubu Yogya dan kubu Jakarta), sejak peristiwa itu baru kali ini berita saya diangkat lagi. Karena saya tidak begitu mengerti dengan persoalan sebelumnya, maka saya jadi kaget juga, dan sekaligus merasa bangga. Kemudian saya sering mengikuti diskusi-diskusi khusus di rumah Bapak Lukman. Bahkan beliau pernah juga mengajak saya menemui Probosutedjo ke kantornya, yang kebetulan kantornya di depan kantor Muhammadiyah Menteng Raya 62.
Tokoh –tokoh lain yang sempat punya kenangan dengan saya adalah Din Syamsudin yang waktu itu ketua PP. Pemuda Muhammadiyah dan saya waktu itu dkontrak sebagai tenaga administrasi untuk membantu persiapan Muktamar di Bandung. Yang saya terkesan dengan Din adalah kehebatannya dalam mengonsep dan mengedit surat. Din itu sangat jarang ke kantor PP Pemuda, tapi apa yang dikerjakan di PP. Pemuda itu adalah konsep-konsep beliau semua. Jadi kalau dia menyuruh membuat surat kepada saya sering lewat telepon saja. Jadi saya langsung membuka komputer dan beliau langsung membacakan. Dan suatu kebanggan yang saya miliki dari Din adalah saya mendapat izin meniru tanda tangan beliau, memang diantara teman-teman yang sangat mendekati mirip dengan tanda tangan beliau kebutulan saya. Jadi kalau ada surat-surat yang akan ditandatangani oleh Din, diserahkan kepada saya. Kekaguman yang lain adalah dalam mengedit surat. Jadi kalau surat-surat yang saya konsep di edit oleh Din saya seperti menemukan yang saya maksud, artinya editan Din tersebut sama dengan yang ada dikepala saya, Cuma saya tidak bisa mencurahkannya lewat tulisan.
Patrialis Akbar, anggota DPR-RI dari partai PAN, adalah orang yang banyak membantu saya dalam bidang ekonomi. Ketika saya direkrut menjadi tenaga eksekutif selama persiapan Muktamar PP. Pemuda Muhammadiyah beliaulah yang menggaji saya
Selama 4 bulan. Sebelumnya saya juga penah membantu beliau di rumahnya selama sebulan untuk menyusun buku tentang hukum, kebutulan beliau juga dosen hukum. Waktu saya kenal, beliau masih aktif sebagai seorang pengacara dan sangat sukses sekali. Kemudian saya juga sering pulang naik mobil beliau kalau pulang dari Gedung PP. Muhammadiyah. Beliau sangat baik dan sangat perhatian kepada teman-teman. Kalau say ketemu beliau yang ditanya duluan adalah makan, sudah makan belum. Saya sering diajak makan, mungkin karena sama-sama orang Padang, memang masalah makan merupakan suatu hubungan persahabatan yang sulit untuk dilupakan dan itu merupakan tingkat hubungan yang sudah tinggi. Kebetulan lagi selera kami agak mirip hibi “kalio jengkol.”. Pernah ketika Muktamar di Bandung, memang makanan di acara sudah tidak enak lagi, ketika saya ketemu beliau, langsung mengajak saya cari makanan, mengitari kota Bandung hanya untuk mencari “kalio jengkol.” Begitu juga kalau saya di rumah beliau akrab dengan keluarganya, makan minum di rumah beliau. Yang menarik adalah ongkos pulang, kalau saya pulang yang ditanya adalah ongkos, sambil memberi ongkos pulang dan uang yang diberikan itu bisa ongkos unuk seminggu. Kadang-kadang saya menolak, karena malu, rasanya ongkos kemaren masih ada tapi sudah diberi lagi. Tapi kalau saya menolak, di mengatakan, “Mad, ini rezeki, jangan ditolak.” Jadi kalau saya ketemu beliau, seolah-olah penderitaan berakhir. Dan dia memang tidak suka melihat orang menderita dan cepat tersentuh. Itulah yang saya rasakan dari beliau, dan sampai sekarang apa yang dilakukannya saya masih terus ingat.
Tokoh-tokoh lain saya kenal adalah di dalam pertemuan-pertemuan dan kegiatan-kegiatan pengajian, baik yang diselenggarakan di Menteng 62 atau di daerah. Tapi kenangan pahit yang pernah saya rasakan adalah ketika mengundang Amien Rais sebagai Keynot Speaker dalam acara Pemuda Muhammadiyah dalam rangka menyongsong Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Pakanbaru – Riau. Waktu saya langsung yang berbicara kepada Amien, meminta beliau untuk berbicara didepan Pemuda Muhammadiyah se-DKI. Karena koordinasi kurang bagus, sampai pada waktu yang telah ditetapkan peserta tidak memenuhi korum, sampai Amien Rais datang peserta juga belum kunjung datang. Rasanya saya tidak sanggup berbicara dengan Amien Rais, apa kesan dari Amien nantinya, untung waktu itu ada Patrialis Akbar dengan didampingi Patrialis saya sampaikan ucapan maaf pada Amien, padahal waktu itu nama Amien mulai naik sebagai tokoh Reformasi. Jawaban Amien waktu itu yang membuat lebih segan lagi, sambil mengangkat tangan kepada saya dan berbicara: “Mas, saya sudah datang, karena tidak ada peserta, jadi saya pulang dulu,” Saya tidak tahu harus menjawab apa waktu itu, tapi saya sempat bersalaman dan menjelaskan apa adanya, Amien kemudian menjawab: “Tidak apa-apa sambil menepuk-nepuk pundak saya”, tepukan inilah yang menetrampan perasaan saya yang tidak menentu, tapi sorotan dan komentar teman-teman tentu bermacam-macam, mulai dari yang berkmentar manis sampai kepada yang sangat pahit dan menyakitkan. Kegiatan waktu itu dilakanakan di komplek Perguruan Muhammadiyah Rawamangun. Itulah kegiatan yan pernah saya laksanakan yang sangat fatal dan pahit. Dari pengalaman ini diambil juga sebagai pelajaran, ketika mengadakan pengajian yang menghadirkan tokokh-tookh penting, sebelumnya sudah dipersiapakn para siswa. Ketika acara dimulai perserta belum ada, lalu didrop saja beberapa klas para siswa untuk masuk ruangan sehingga ruangan tidak terlihat kosong. Apalagi yang akan hadir adalah setaraf Amien Rais, harus dipersiapakan dengan matang.
Masuk Menjadi Pimpinan Muhammadiyah Duren Sawit
Sebelum saya masuk di jajaran Pimpinan Cabang Muhammadiyah D. Sawit saya sudah sering mendengar informasi dan kondisinya, karena saya mengenal beberapa pimpinannya. Dari teman-teman inilah saya banyak mendengar informasi siapa-siapa pimpinannya yang lain. karena waktu itu saya memang bertempat tinggal di daerah D. Sawit jadi tidak begitu sulit untuk bergabung, apalagi saya juga sudah bergabung dengan Ranting 1 (Nusa Indah), beberapa kali mengikuti pengajian saya juga sudah menganal orang-orang Muhammadiyah Ranting 1.
Menjadi Sekretaris PCM Muhammadiyah Duren Sawit:
Ketika Musycab PCM Duren Sawit untuk periode 2000/2005, saya dicalonkan oleh Ranting 1. Ketika pemilihan Alhamdulillah saya masuk dalam pengurus 13, dan ketika penyusunan struktur, saya ditunjuk sebagai Sekretaris. Banyak hal-hal yang perlu ibenahi untuk memajukan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Duren Sawit ke depan. Sebagai sekretaris saya menata dulu jadwal rapat dan materi rapat. Hal-hal yang sangat mendasar yang saya benahi adalah menyepakati jadwal rapat dan alhamdulillah waktu itu disepakati jadwal rapat sekali dalam seminggu, dan memang dalam periode itu tingkat kehadiran Pimpinan sangat tinggi, sampai mencapai 90% masing-masing pimpinan. Dan ini merupakan hasil yang sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal lain yang juga manfaatnya sangat dirasakan adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah menerapkan sistem pengelolaan keuangan satu pintu, artinya semua sumber keuangan harus dilaporkan langsung ke Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah, dan pengeluaran keuangan harus berdasarkan anggaran. Dengan menggunakan system ini alhamdulillah arus lalulintas keuangan berjalan dengan baik.
Banyak lagi hal-hal lain yang dapat disepakati. Inilah yang menjadi berkah, karena selama ini banyak program-program yang tidak jalan, sehingga ada suatu kerinduan bagi pimpinan bagaimana mengelola Muhammadiyah Cabang Duren Sawit untuk lebih baik. Dengan semangat ingin maju, ingin berubah dan kekompakan pimpinan 13 Pimpinan Cabang Muhammadiyah Duren Sawit sampai sekarang alhamdulillah masih konsekwen dengan kesepakatan-kesepkatan tersebut sehingga masing-masing pimpinna itu sudah bisa berbuat sesuai dengan jabatannya, begitu juga Bendahara yang sangat ketat sehingga bisa mengelola keuangan dengan baik dan transparan. Siapapun bisa melihat,mengetahui bagaimana kondisi keuangan PCM. Kita juga membuat peraturan pengeluaran uang diluar anggaran di atas Rp 500.000, harus diputuskan di pleno, tapi di bawah Rp 500.000,- kebijakan keuangan, yang diketahui oleh salah seoarang ketua atau wakil ketua. Begitu juga pengambilan uang di Bank penandatanganan Cek harus dua diatara tiga, yaitu ketua, sekretaris dan bendahara.
Perubahan-perubahan:
Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, semangat, keinginan dan kebersamaan yang tinggi dari Pengurus yang tiga belas orang, sehingga banyaklah perubahan-perubahan yang dapat dilakukan, diantaranya adalah rapat-rapat, Alhamdulillah rapat diselenggarakan sekali seminggu dengan tingkat kehadiran pimpinan sangat tinggi, sehingga tidak ada lagi persoalan-persoalan yang terlewatkan begitu saja. Begitu juga pleno tergantung dari persoalan-persoalan yang perlu dibuatkan kebijakannya. Kalau ada persoalan-persoalan yang sangat mendesak kita dengan cepat melalui telepon langsung dapat berkumpul. Pembuatan anggaran pertahun (APBM). Jadi mulai dari anggaran Pimpinan Cabang, Majelis, sampai kepada setiap amal usaha mengusulkan anggaran, kemudian akan diproses dan diputuskan dalam rapat pleno. Begitu juga alur pemasukkan keuangan selalu dibenahi dan selalu ada peningkatan kepada arah perbaikkan.
Jadi kalau diperhatikan PCM sekarang sangat berperan sesuai dengan fungsinya, memang mungkin karena situasi dan kondisi ada bagian-bagian atau job yang kita konsentrasikan dulu di Cabang, kerena ada troma-troma masa lalu. Jadi sambil pembenahan, dan sekarang beberapa jenis keuangan sudah dikelola oleh Majelis dan sekolah, tapi tetap koordinasi dan laporan ke Pimpinan Cabang.
Jabatan-Jabatan Pernah Diduduki:
Seperti yang disebutkan di atas ketika tahun 1993 ke Jakarta dipercayakan oleh Rapat Pleno PD. Pemuda Muhammadiyah Jakarta Timur untuk menjadi Wakil Sekretaris Periode 1990/1995, dan menjadi Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM. Jakarta Timur. Pada periode 1995/2000 Anggota Majelis Seni dan Budaya PP. Pemuda Muhammadiyah, dan wakil Sekretaris PW. Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta. Pada periode yang sama juga menjadi Sekretaris Majelis Kesehatan PDM. Jakarta Timur. Periode 2000/2005 sebagai Sekretaris PCM. Duren Sawit – Jakarta Timur dan juga menjadi Ketua Majelis Kesehatan PDM. Jakarta Timur; Wakil Sekretaris Majelis Pendidikan Kader PWM. DKI- Jakarta. Pada periode 2005-2010 tetap dipercayai menjadi Sekretaris PCM Duren Sawit, dan menjadi Ketua Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial PDM Jakarta Timur.
Kegiatan- Kegiatan Yang Pernah Diikuti:
Kegiatan Muhammadiyah yang berskala Nasional yang pernah diikuti pertama adalah menjadi panitia penyelenggara Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Bandung tahun 1995/2000. Menjadi peserta Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Pakanbaru – Riau tahun 1995. Undangan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Surabaya periode 2000/2005. Menjadi panitia penyelenggara Muktamar ke - 44 Muhammadiyah di Jakarta periode 2000/2005. Peninjau Tanwir Muhammadiyah di Mataram 2004. Menjadi Peserta Muktamar Muhammadiyah ke – 45 di Malang. Menjadi peserta Rakernas MKKM (Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat) di Yogyakarta tahun 2000. dan Rakernas MPKSDI (Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani) di Solo. Menjadi panitia penyelenggara Pendidikan Khusus Kepala-Kepala Sekolah yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP. Muhammadiyah dalam setiap angkatan (periode 1995-2000 dan 2000-2005).
Perkaderan Yang pernah diikuti:
Tahun 1982 pertama masuk ke Organisasi Muhammadiyah mengikuti pelatihan Masa Kasih Sayang (Makasa) di Ciputat, dan tahun 1984 mengikuti kursus Kursus Reguler (KR) di Kampung Sawah Bogor. Tahun 1995 mengikuti Pelatihan Pelatih Pemuda Muhammadiyah di Surabaya. Baitul Arqam yang diselenggarakan oleh PDM Jakarta Timur periode 2000/2005 dan Baitul Arqam yang diselenggarakan oleh RS. Islam Jakarta Pondok Kopi. Kemudian juga perkaderan-perkaderan yang diselenggarakan oleh PWM DKI – Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar